Selasa, 26 April 2011

Entrepreneurship & Leadership Sharing Session, Event Perdana Winning Women Indonesia

Menilik dari fakta yang terjadi di negara kita, Jika dibandingkan dengan beberapa negara maju di dunia, jumlah entrepreneur atau wirausahawan di Indonesia masih rendah. Terbukti, dari 231,83 juta jiwa penduduk Indonesia, baru 4,6 juta saja yang berwirausaha. "Jumlah itu masih cukup rendah atau jika diprosentasekan baru 2 persen dari total jumlah penduduk," ujar Menteri Koperasi dan UKM Dr Syarief Hasan suatu ketika. Ia menuturkan, persentase penduduk Singapura yang berwirausaha mencapai 7 persen, China dan Jepang mencapai 10 persen. Sedangkan yang tertinggi adalah Amerika Serikat sebesar 11,5-12 persen. Penyebab masih minimnya orang-orang muda yang menjadi pengusaha. Sedikitnya ada empat hal yaitu dukungan pemerintah yang kurang kepada kemajuan dunia usaha, tidak adanya kepastian hukum, sikap perbankan mematok suku bunga tinggi, dan masih maraknya kolusi pengusaha dengan pemerintah. 

Namun, kalau kita ingat kembali suatu kutipan : "Jangan bertanya apa yang dilakukan negaramu untukmu, Tapi tanyalah apa yang sudah Kau lakukan untuk negaramu" maka bukan hal yang bijak jika kita hanya menyalahkan keadaan. Harus ada tindakan nyata yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah pengusaha baru di Indonesia, khususnya dari kalangan generasi muda.

Berawal dari perbincangan santai melalui Blackberry Group, ke-sembilan wanita pengusaha alumni Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women 2010 ini memutuskan untuk melakukan tindakan nyata dalam meningkatkan jumlah pengusaha di Indonesia. Terkait dengan keinginan mulia itulah, akhirnya dibuatlah suatu event bertajuk "Entrepreneurships and Leaderships Sharing Session” yang akan diadakan pada tanggl 29 April 2011 di The London School of Public Relations (LSPR) Campus.

Dalam event tersebut, para wanita pengusaha ini akan sharing dan membagikan pengalaman mereka jatuh bangun mendirikan bisnis sehingga bisa sukses seperti saat ini. Tentunya, event perdana ini akan menjadi pembuka bagi kegiatan-kegiatan selanjutnya yang tujuannya jelas, menyebarkan virus entrepreneurship, memberi inspirasi dan sharing pengalaman dimana tentunya diharapkan terjadi peningkatan jumlah pengusaha di Indonesia.

Theresia Alit Widyasari, Owner & Founder, PT Endorsindo Makmur Selaras

Meskipun sudah beberapa kali gagal dalam bisnis, Theresia Alit Widyasari tidak mudah menyerah. Hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk mendirikan distribution outlet (distro). Awalnya, dia sempat membeli merek ternama seperti Cosmic, Ouval, dan Airplane (distro asal Bandung). Namun rupanya untuk mengambil dari Bandung, perlu perjuangan. Ditambah lagi pada saat itu belum ada tol Cipularang dan belum tahu proses membuat clothing line. Sehingga dia memutuskan untuk menjual kembali merek-merek tersebut.
 
Widya, panggilan akrabnya, mengaku memulai bisnis distro bersama kedua kakak-nya. Sebelumnya, dia juga pernah bisnis tambak udang, jual daging dan saham. "Pokoknya apa saja, yang bisa menghasilkan uang, pernah -kita lakukan," kisahnya belum lama ini. Dia menuturkan, ide awal mendirikan distro karena ajakan teman. Kebetulan, saat itu distro sedang booming. "Semua orang dianggap gaul banget kalau memakai kaus distro," ujar lajang lulusan Fashion Design and Marketing from Cavendish College di Inggris ini.
 
Setiap kali memulai bisnis, Widya selalu meminta bantuan ayahnya. Tapi, karena sudah berkali-kali gagal dalam berbisnis, membuatnya malu minta bantuan sang ayah. Karena itu, dia sempat berpikir untuk mencari pinjaman dari orangtua teman. Namun sayang, tidak berhasil. Saat itu, dia gagal meyakinkan orangtua temannya bahwa distro merupakan usaha yang punya prospek bagus di masa depan.
 
Akhirnya dia mengajak ayahnya ke Bandung untuk melihat bagaimana ramainya industri distro di kota tersebut. Beruntung, ayahnya tertarik dan menawarkan pinjaman bank. Begitu pinjaman tersebut cair, dia lang-sung mencari lokasi. September 2003, Bloop berdiri di Kalimalang. Pengunjungnya sangat sedikit. Kemudian, distronya pindah ke Tebet Utara, Jakarta Selatan, karena daerah itu dianggap strategis. Selain itu, di Tebet belum banyak usaha distro ataupun factory outlet, sehingga persaingan tidak terlalu ketat.
 
Sambil berbisnis, dia juga ingin menambah ilmu. Akhirnya, Widya memutuskan bersekolah di London, Inggris, mengambil jurusan fashion marketing. Pulang dari Inggris, dia sadar bahwa dalam bisnis pakaian dirinya tidak bisa hanya menjual kaus, celana, dan sandal. Ia berpikir ha-rus lebih kreatif dan melakukan pembaruan. Lalu, dia melakukan riset, menanyakan apakah masyarakat tertarik kalau dia menjual pakaian, sepatu dan lain-lain. Hasilnya, masyarakat ingin baju yang lebih modis dan variatif. Karena mendapat respons bagus. Widya meneruskan usahanya hingga kini.  Jumlah pengunjung Bloop saat ini mencapai 1.000 sampai 1.500 per hari. Kalau akhir pekan, bisa sampai 2.500 orang. Bahkan, saat Lebaran, pernah mencatat rekor sampai 11.000 orang per hari. Jadi, orang yang ingin berbelanja, masuknya harus bergantian. 

Sukses dengan bisnis fashion, Widya pun merambah bisnis kuliner, yaitu Resto Bebek Ginyo yang juga laris manis didatangi pengunjung dan pecinta kuliner. Atas prestasinya  yang luar biasa tersebut, Widya telah beberapa kali meraih penghargaan, salah satunya Class of Winner Ernst & Young Entrepreneurial Winning Woman 2010.

Email : dearwiddie@hotmail.com

Trialiati Gunamertha, Founder PT Estetika Selaras

Trialiati Gunamertha atau Lita mengawali karir sebagai profesional semenjak dibangku kuliah pada tahun 1990. Sesuai dengan pencapaian nilai akademiknya yang sangat bagus dan aktifitas Lita dikampus yang sangat padat, Lita sudah dipercaya untuk menjadi wakil dosen dalam laboratorium tes material dan juga aktif bekerja paruh waktu sebagai Reporter majalah kampus, reporter Radio dan juga Master of Ceremony (MC). Pada saat di bangku kuliah, Lita menerima beberapa penghargaan diantaranya : Mahasiswa Berprestasi tingkat nasional, Pemenang Lomba Karya Inofatif Produktif tingkat nasional dan sempat mewakili universitas dalam kegiatan “Friendship Program for the 21st century” yang diselenggarakan JICA di Jepang. Setelah lulus sebagai Insinyur Mesin dari Universitas Brawijaya Malang tahun 1992, Lita mendapat tawaran pekerjaan oleh Dekan fakultas Teknik untuk menjadi konsultan teknik mesin pada beberapa pembangkit tenaga listrik di Indonesia.

Seiring dengan jiwanya energik dan kebutuhan berinteraksi dengan lebih banyak orang, Lita memutuskan untuk merubah jalur karirnya sebagai Business Representative pada sebuah perusahaan Teknologi Informatika (IT)  dan menangani banyak klien asing terutama di Industri Manufacturing yaitu sesuai dengan ilmu yang diperoleh sebagai Insyinyur Mesin. Karena kegigihan dan kemauan yang besar, Lita beberapa kali meraih penghargaan atas tercapainya quota penjualan yang ditargetkan padanya.
 
Pada tahun 1996, Lita bergabung dengan Perusahaan Telekomunikasi multinasional dan memulai karirnya sebagai praktisi Pengembangan Sumber Daya Manusia. Banyak hal-hal berarti yang diraih oleh Lita sehingga Lita di promosikan pada usia 28 tahun sebagai Manager Pusat Pelatihan terbesar se-Asia Tenggara yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Lita sempat mengundurkan diri ketika itu untuk membantu suami membesarkan PT Estetika Eslaras selama 3 tahun, namun karena belum cukup bekal pengetahuan bisnis maka usahanya ketika itu belum berhasil. Berbekal kompetensi yang cukup, Lita kembali dilamar oleh sebuah Perusahaan berkantor pusat di Singapore untuk bergabung sebagai Konsultan bidang Sumber Daya Manusia dan melanjutkan karir yang sama pada sebuah Yayasan Non-profit Internasional. Lita sangat menjiwai pekerjaan sebagai praktisi pengelola Sumber Daya Manusia dan hasil karyanya berupa Implementasi “Talent Management” dalam waktu singkat diakui di tingkat NGO Internasional sebagai teladan dan banyak lagi pencapaian professional yang dicapai seperti : Implementasi sistem kompensasi berbasis kompetensi, perubahan paradigma kepegawaian NGO, implementasi  pengelolaan kinerja, dan sebagainya.

Lita memiliki keyakinan bahwa sebuah organisasi akan mampu membangun nilai daya saing nya melalui pengelolaan sumberdaya manusia sebagai mesin utama penggerak bisnis dan perusahaan yang memfokuskan diri pada kompetensi inti akan lebih unggul. Hal inilah yang membawa Lita untuk membangun bisnis baru sebagai bagian dari PT Estetika Selaras (www.eslaras.com) yang sudah dibangun bersama suaminya sejak tahun 1996. Lita nekat untuk keluar kerja walaupun karirnya pada saat itu sedang berada di puncak untuk mengaktualisasikan diri dan membuktikan kompetensi yang dimilikinya. Akhirnya jerih payah Lita dapat menghantarkan PT Estetika Selaras keluar dari ancaman kebangkrutan di tahun 2006 dan dalam 3 tahun Lita mampu menggandakan pendapatan usaha menjadi 3000% lebih. PT Estetika saat ini mengelola sekitar 600 karyawan diantaranya karyawan inti dan karyawan alih daya. PT Estetika Selaras memiliki perwakilan di beberapa kota di Indonesia diantaranya : Jambi, Cepu, Balikpapan, Bali, Surabaya dan Sorong. Rupanya keberhasilan ini dihargai Ernst & Young dan Lita masuk sebagai finalis penerima penghargaan ”Entrepreneurial Winning Women” pada tahun 2010. Namun dalam waktu dekat, Lita masih memiliki mimpi-mimpi lain seperti memperkenalkan jasa Outsourcing untuk proses bisnis non inti berbasis Teknologi Informasi dan Telekomunikasi bersama beberapa rekan lainnya.

Lita masih menikmati kerja barengnya bersama sang suami Eri Sudarji Laksmono dan juga menjalankan beberapa bisnis lainnya. Lita berusaha menjadi Ibu yang baik bagi anak-anaknya yang sudah mulai beranjak remaja : Aisha Auliana Marietta, Annisa Azharia Ramadhana dan Muhammad Jibrail Jannata. Dan membangun mimpi bersama keluarga agar Selaras Group dapat diwarikan pada generasi berikutnya. Untuk itu Lita sudah mulai ancang-ancang menyusun program suksesi untuk Putera Puterinya sejak dini.

Email : office@eslaras.com
Website : www.eslaras.com

Laila Asri, Founder & CEO Pourvous International

Keinginan untuk tetap tampil cantik dengan bahan-bahan alami dan halal memberi inspirasi Laila Asri menggeluti bisnis produk perawatan tubuh. Diawali dari keinginan sederhana itulah kini produk Pourvous telah melayani konsumen dari seluruh Indonesia, dan bahkan telah memiliki jaringan distribusi internasional di Filipina dan Jerman.

Dilihat ke belakang, jalan panjang Laila menekuni bisnis sudah terlihat sejak lama. Mulai dari berdagang pakaian, aksesoris bahkan tekun menjalani MLM sampai menjadi trainer pernah dia jalani. Sebelum memulai bisnis Pourvous, bersama sang suami, mereka telah memiliki bisnis distribusi garment yang memiliki lebih dari 200 distributor di hampir semua kota di Indonesia. Saat remaja, ia juga suka mencoba berbagai merk perawatan tubuh. “Saya termasuk pengguna beberapa merk sekaligus, karena saya ingin tahu apa perbedaan satu dengan lainnya “jelas ibunda Alyka Putri Adila, Maisha Putri Adila dan Jenna Putri Adila ini. Biasanya, ia memilih produk perawatan impor karena tertarik dengan kemasannya. “Hanya saja, lama kelamaan, saya merasa harganya mahal. Saya tertarik mengamati bahan-bahan apa saja yang digunakan,” jelas Laila.

Setelah melakukan riset sederhana, Laila cukup terkejut. Pasalnya, hampir semua bahan-bahan utama yang diperlukan untuk membuat bodycare tersedia di Indonesia, hanya saja selama ini dieksport dalam bentuk bahan mentah (raw material). Dari situ timbullah idenya untuk membuat produk perawatan tubuh sendiri. Laila lantas mengujicoba hasil percobaan itu pada kulitnya sendiri. Meski belum sempurna, dia tak lantas berputus asa. “Saya terus mencoba sampai akhirnya mendapat bentuk dan aroma seperti yang saya inginkan,”ungkap alumni Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya ini. Akhirnya dengan menggunakan merek POURVOUS (dari bahasa Perancis yang artinya Untuk Anda), Laila memberanikan diri memasarkan produk tersebut yang menyasar konsumen kelas menengah ke atas dengan konsep produk Alami dan Halal.

Sejak kecil, Laila Asri tergolong anak yang aktif dan tidak bisa diam. Ia sering mengikuti berbagai kegiatan dan lomba, mulai baca puisi, teater, menulis, hingga karya ilmiah.  “Alhamdulillah, Selain itu, ia juga punya hobi travelling. “ Berpergian ke suatu kota atau negara yang yang belum pernah saya datangi, membuat saya mendapat wawasan baru, “ jelas istri Andi Sufariyanto ini. Sejak bersekolah, Laila telah terbiasa berkompetisi. Hal ini bisa dilihat dari koleksi prestasi yang didapatnya sejak bersekolah, mulai dari lomba tingkat kota, propinsi, nasional bahkan internasional pernah didapatnya. Kemampuan leadership dan komunikasinya telah diasah sejak dini melalui berbagai lomba yang pernah diikutinya. Inilah yang kemudian memantapkan hatinya untuk memilih jalan menjadi seorang wanita wirausaha. “ Saya ingin bisa berkarya sebagai seorang wanita, tanpa meninggalkan kodrat sebagai istri dan ibu” Jelasnya tentang pilihan hidupnya.

Perempuan yang kini memegang jabatan sebagai CEO Pourvous International ini juga tak pernah bisa lepas dari anak-anaknya. “Cita –cita saya memang ingin jadi momtrepreneur, jadi lebih dekat dengan anak-anak,”katanya sambil tertawa. Untuk itu, Laila kerap mengikutsertakan anaknya dalam berbagai kegiatan bisnis yang ia geluti.” Saya dan suami sepakat untuk melibatkan anak-anak sedini mungkin dalam kegiatan bisnis. Sehingga mereka jadi terbiasa dengan ritme kerja orang tuanya,” jelas Laila. Kini, ia juga sering diundang sebagai pembicara seminar mengenai kewirausahaan di berbagai universitas. “Ternyata saya juga menyukai Public Speaking. Bisa berbagi tentang apa yang saya tahu dan mendapat kesempatan untuk mengenal banyak orang membuat saya selalu semangat untuk selalu belajar dan belajar.” Ujarnya suatu ketika. Laila percaya, bahwa ilmu semakin dibagi akan semakin memberi manfaat dan mendatangkan keberkahan. Atas keberhasilannya tersebut, Laila mendapatkan penghargaan Wanita Wirausaha 2008 versi Majalah Femina dan Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia serta Finalis Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women 2010.

Susanna S. Hartawan, Owner & Managing Director, PT NBO Indonesia

Susanna S. Hartawan (Susan) Dikenal sebagai seorang wanita yang pantang menyerah, selalu penuh semangat dan sangat berkomitmen dalam menjalankan hidupnya sebagai professional. Susan memulai karirnya dari seorang professional yang sukses dan kemudian berganti haluan menjadi entrepreneur wanita yang luar biasa. Susan memulai karir diusia 21 tahun dengan visi ingin mengubah kualitas hidup yang lebih baik. Perjalanan karir di dunia korporasi dijalankan oleh Susan dengan peningkatan karir yang sangat pesat, di usia 25 tahun, beliau menjadi Manager di perusahaan Joint Venture Amerika dan Astra Graphia. Prestasinya yang luar biasa menjadi Employee Of The Year selalu beberapa tahun, membuatnya dipromosi sebagai satu-satunya Direktur wanita di PT Compaq Computer Indonesia (perusahaan Amerika) di usia 28 tahun. 

Selain itu, Susan juga mencetak prestasi gemilang dengan membawa Compaq Indonesia sebagai The Best Customer Satisfaction Country menghantarkannya dipromosikan menjadi Regional Director, Compaq Computer Corporation yang bertanggung jawab memimpin Quality and Customer Advocacy untuk 6 negara di South East Asia (Singapore, Malaysia, Philippines, Thailand, Indonesia and Vietnam). Satu-satunya Direktur di Regional yang orang Indonesia dan satu-satunya wanita. “Disitulah saya mulai merasa bahwa kemampuan saya tidak terbatas dan saya yang cuma lulusan sekretaris bisa memimpin dan berbicara didepan tentang strategi untuk meningkatkan bisnis di manca Negara. Saya terinspirasi untuk pensiun dari corporate dan mulai usaha sendiri.” Kata ibu Susan dalam sebuah wawancara.
Di tahun 2003, Susan mendirikan PT NBO Indonesia, sebuat perusahaan Training and Consulting yang saat ini menjadi salah satu perusahaan Learning Development terbesar di Indonesia dengan mengambil license dari Nelson Buchanan Oostergard dari USA and license dari Thomas International dari UK. NBO Indonesia bertumbuh dengan pesat. Saat ini, ada 5 perusahaan yang dibawah kepimimpinan beliau yaitu PT NBO Indonesia, PT PMC Teamindo Global, PT Adam Khoo Learning Technologies Group, PT Mega Mulia Servindo dan PT Adam Khoo Learning Center. Berkat kepiawaian beliau dalam bisnis, Susan mendapat recognition sebagai Entrepreneur of the Year di tahun 2005, The Highest Revenue Growth Award by NBO worldwide in 2008 and 2010. Keberhasilan membangun bisnis membuat Susan dihargai Ernst & Young sebagai finalist ”Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women” pada tahun 2010.

Email : marketing@nboindonesia.com
Website : www.nbogroup.com

Selvi Nurlia, Founder & CEO CV. Media Kreasi Bangsa (Kek Pisang Villa Batam)

Terlahir dr keluarga sederhana disebuah kota kecil di Kepulauan Riau,membuat Selvi Nurlia terlatih utk menerima tantangan. Anak ke 5dari 6 bersaudara ini memulai karier sbgi supervisor produksi dr pabrik sensor asal Jerman di Bintan setelah menamatkan kuliah S1 di teknik elektro Univ.Andalas. Setahun bekerja dan menikah,akhirnya memutuskan utk menjadi ibu RT membuat selvi memutar otak untuk mencari kesibukan dan penghasilan tambahan.

Dimulai dari jualan kerupuk,sampai akhirnya lahir ide Oleh-oleh Khas Batam Villa kekpisang. Setelah jatuh bangun Villa kekpisang berhasil mengantarkan kesuksesan yg dinanti2. Diawali menjuarai wirausaha
muda mandiri 2008,Villa kekpisang meroket dgn penjualan yg signifikan, Ernst n Young winning women jg turut melambungkan merek oleh2kami, Villa kekpisang.penobatan sebagai pelopor dan produsen terbesar oleh-oleh khas Batam oleh lembaga independent Terra foundation dan seputar indonesia juga turut meramaikan perjalanan kesuksesan Villa kekpisang.

Batam yg dulunya tidak punya identitas oleh-oleh sejak adanya Villa kekpisang,kekosongan itu mulai terisi.pengemasan Villa kekpisang yang notabene makanan modern di repacking menjadi makanan buah tangan yg patut diperhitungkan jg turut mengantarkan ibu 30 tahun dari Faza Mutiara Denni, Fatanurahman Denni, Fahira Humaira Denni sebagai 1st winner Indonesia Young Women Business Leader 2011 versi majalah SWA. Batam ya Villa kekpisang.

Email : selvivilla@yahoo.com
Website : www.kekpisangvilla.com

Santi Mia Sipan, President Director PT Jaty Arthamas

Kartini masa kini. Mungkin itulah sedikit hal yang tersirat dalam diri Santi Mia Sipan, President Director Jaty Arthamas. Lewat keuletannya menggeluti berbagai bisnis, Santi bahkan sempat dianugerahi Best Women Entrepreneur of The Year dan juga menyabet gelar PGA Best Motivator of The Year pada tahun 2010. Perusahannya juga sempat menggondol Best Company of The Year 2011 dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Saat ini, Santi malah asyik disibukkan dengan segudang aktivitasnya di bidang agribisnis, dalam hal ini berbisnis jati. Pohon jati yang tetap abadi, merupakan salah satu alasan Santi untuk mencoba bisnis ini. Padahal sebelumnya, karirnya terbilang mapan, dengan menjabat sebagai sekertaris eksekutif para konglomerat, salah satunya Bob Sadino. Karirnya begitu cemerlang, bahkan sempat menjabat sebagai Assistant President Director PT. Bimantara Citra pada tahun 1994-1998. Namun, entah apa yang terjadi, hingga suatu saat ia merasakan sakit yang aneh, yaitu merasa mual setiap hari ingin berangkat ke kantor. Kebosananan yang amat dalam menggeluti pekerjaan kantoran inilah, yang justru membawa hoki lain dalam kehidupan Santi berikutnya. Berhasil di MLM berjualan botol madu, Santi lantas berkeinginan untuk membuat multilevel sendiri di bidang property, yang diberi nama PT. Property Global Agency di tahun 2005. Bisnisnya berkembang pesat. 

Pada tahun 2005, Santi mengembangkan bisnisnya dengan membuka kantor pertamanya yang diberi nama PT. Jaty Arthamas. Santi mencoba mengelola kebun pertamanya di wilayah Sukabumi. Tetapi karena faktor lokasi, banyak investor yang telah tertarik memilih untuk mundur, karena lokasinya tidak strategis. Akhirnya, ia memilih Jonggol, untuk lokasi pembibitan selanjutnya. Ternyata berhasil. Permintaan kayu jati saat ini sudah sangat tinggi. Harga kayu jati pun kian meningkat setiap tahunnya.Pihaknya juga telah bekerjasama dengan pemerintah swasta dan luar negeri, seperti Jazirah, Arab, India, dan Malaysia.
Santi memiliki dua orang anak. Perjuangan panjang untuk bisa menjalani dualisme peran, sebagai ibu dan juga ayah sekaligus, membuatnya berhasil. Sarjana Bahasa dan Sastra Perancis, IKIP tersebut selalu mencari solusi, dan memutar otak untuk bisa menjalani pekerjaan apalagi guna memenuhi kebutuhan keluarganya, terlebih dalam menuntun anaknya. “Anak saya memberikan pelajaran yang berharga dan sejuta kekuatan kepada saya.” Katanya. Semua usaha kerasnya membuahkan sukses yang tak ternilai harganya. Di era modern, Santi Mia Sipan memang menjadi salah satu penerus Kartini, yang mengedepankan dualisme peran wanita modern. Yaitu berhasil dalam karir dan keluarga.

Email : santimiasipan@yahoo.com
Website : www.jati‐arthamas.com

Novita Tandry, Owner & Master Franchise Tumble Tots Indonesia

Alumni Psikologi Pendidikan dari University of New South Wales, Australia ini merupakan Pemilik Tumble Tots, Leaps and Bounds, Right Steps, Right Start Indonesia dan konsultan di bidang pendidikan anak, dalam hal penggabungan pendidikan psikomotorik, intelektual, emosi, bahasa dan sosial. Sampai saat ini dia telah mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya yaitu sebagai CEO Paling Berpengaruh 2005 dan 10 wanita paling berpengaruh 2008 versi majalah SWA, 10 wanita pemberi inspirasi 2009 versi Tabloid Wanita Indonesia, dan Finalis Wanita Ernst & Young Enterpreneurial 2010.
 
Di samping itu, Novita Tandry juga bertanggung jawab atas program sentra bayi di Rumah Pintar Cikeas yang diketuai oleh ibu Ani Yudhoyono & Ibu Annisa Pohan. Beberapa buku yang telah di tulis, di antaranya “Bad Behaviour, Tantrums and Tempers” (Gramedia, 2010). Sejak 2011, Sari Husada juga meminta Novita Tandry untuk mengembangkan kurikulum modul Presi Stimulasi di TSS Centre sebagai konsultan dan Brand Ambassador Teman Sejati Sari Husada (TSS). 

Email : info@tumbletos.co.id

Prita Kemal Gani, Founder London School of Public Relations

Prita Kemal Gani, adalah sosok wanita yang tidak mudah menyerah pada keadaan. Tantangan adalah cambuk bagi dirinya. Seperti ketika keinginannya mendirikan sekolah komunikasi yang diawali dengan keprihatinan kurang tersedianya tenaga PR professional yang siap pakai di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Kondisi itu amat dia rasakan ketika menjabat sebagai Director of Public Relations for Clarck Hatch International, Jakarta Indonesia (1989-1992). 

Dengan berbekal ilmu yang didapat saat pendidikan Public Relations di London City College of Management Studies, Inggris, dan Master of Business Administration – International Academy of Management & Economics, Manila, Philippines, serta Profesional Manager Programme Ateneode Manila, Makati, Philippines, wanita yang sejak kecil terobsesi menjadi guru ini memberanikan diri membuka lembaga kursus Public Relations (PR) pada tahun 1992. Diawali dengan hanya menyewa ruang kantor berukuran 12 meter persegi di gedung World Trade Centre (WTC) di bilangan Jalan Sudirman, Jakarta, lembaga kursus ini terus berkembang hingga pada tahun 1999 secara resmi ditingkatkan menjadi sekolah tinggi yang bernama Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of Public Relations – Jakarta. 

Kesuksesan mendirikan LSPR hingga menjadi sekolah yang disegani di dunia pendidikan tinggi Indonesia dan diakui di kawasan regional mengantar wanita yang lahir di Jakarta pada tanggal 23 November 1961, meraih Outstanding Entrepreneur Award pada tahun 2009 dari Asia Pacific Entrepreneur Award setelah pada tahun sebelumnya terpilih sebagai Finalist in Ernst & Young Entrepreneur of The Year 2008. 

Bukti kecintaan Prita pada pengembangan ilmu di bidang Public Relations tiada akhir, membuat Perhumas menganugrahinya Achievement Award Perhumas 2006 untuk kategori bidang pendidikan pada 28 Juni 2006. Bahkan tak kurang Institute of Public Relations Malaysia (IPRM) pun ikut menghargai Prita sebagai Best Practice in Public Relations and Communications Profession di Kuala Lumpur pada 23 Desember 2005. Ia pun selalu dipercaya sebagai juri kehormatan pemilihan Abang None, Koko Cici, Putri Pariwisata dan Duta Muda ASEAN Indonesia ini. 
Di tengah kesibukannya sebagai pendiri dan pemimpin LSPR yang telah menelurkan lebih dari 10.000 Sarjana dan Pasca Sarjana serta Program Diploma Komunikasi dari jurusan Mass Communication, Advertising, Public Relations, Marketing, dan Performing Arts Communication, Prita juga menikmati peran sebagai istri dari Kemal Effendi Gani, Pemimpin Redaksi Majalah SWA, dan juga menjadi ibu bagi tiga putra-putrinya, Ghina Amani Kemal Gani, Fauzan Kanz Kemal Gani, dan Raysha Dinar Kemal Gani. 

Selain menekuni bidang Public Relations, Prita juga giat dalam menggalakkan kepedulian terhadap lingkungan hijau sebagai Member of Advisory Board of British Council Climate Change Project sejak tahun 2008 hingga kini. Dan Prita duduk sebagai Dewan Konsul dari APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) wilayah III. Prita merupakan Pembina dan Anggota Penasehat London School Autism Awareness Centre. 

Email : campusb@lspr.edu
Website : www.lspr.edu

Yanty Isa - Founder & CEO PT Magfood Inovasi Pangan

Ibu dengan dua anak perempuan Gia (14) dan Tasya (13), lahir dan besar di bandung, kuliah di ITB jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Sipil & Perencanaan (1991) yang dilanjutkan program master di MBA ITB (1994). Menjadi ibu dan Istri (Isa Surya Nurmuhamad , pengusaha otomotif) adalah yang utama, untungnya keluarga memberikan kesempatan dan dukungan untuk mengembangkan potensi diri untuk dapat terus berkarya dengan sejuta kegiatan yang berbeda dan menantang, yang ternyata memberikan kepuasan tersendiri apabila bisa berbagi dan bermanfaat bagi banyak orang.


Pengalaman managerial-nya di bidang Brand management, Product & Business Development lebih dari 17 tahun di berbagai perusahaan multinasional untuk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) menjadi salah satu modal utama dalam mendirikan berbagai bidang usaha yaitu PT MagFood Inovasi Pangan (2001), yang bergerak di bidang Researh & Development untuk Industri makanan/ minuman, PT MagFood Amazy International (2003) yang bergerak di bidang Franchisor jaringan restoran dengan merek “MagFood Amazy”, Griya KASYA, butik pakaian wanita (2002), serta membangun berbagai usaha lainnya.

Selain itu juga sebagai bentuk komitmen pada masyarakat untuk membagi pengalaman dan pengetahuan yang di peroleh selama ini dengan mendirikan Yayasan Bina Karsa Mandiri (2002) yang bergerak di bidang kewirausahaan dan jaringan “Komunitas Wirausaha Indonesia”, bersama-sama rekan pengusaha Jackie Ambadar (Le Monde baby world) dan Miranty Abidin (Fortune Indonesia) Menulis 13 buku, termasuk 10 judul buku seri wirausaha praktis, Selalu Ada Peluang, Usaha Yang Cocok Untuk Anda, Mulai Usaha Dari Nol, Menentukan Mitra Usaha, Rencana Usaha Yang Rasional, Mengelola Usaha Dengan Tepat, Membangun Usaha Menjadi Besar, Membangun Citra Perusahaan, Mengelola Merk dan Membeli & Menjual Frachise. Judul buku lainnya, “Dari Do it jadi Duit” dan “Membentuk Karakter Pengusaha” Mendapat berbagai penghargaan sebagai “The Best Start up Entrepreneur” majalah SWA Entrepreneur 50 (2005), Kartini Award (2007), The best start up franchisor dari Majalah Franchise (2008 & 2009), Class Winner - Ersnt and Young Winning Women (2010), pengusaha inovatif dari Kementrian UKM- IPKINDO (2010), The best franchisor – majalah Franchise (2010), Motivator dan Pengembang UKM Majalah Wirausaha & Keuangan (2010) dan lain sebagainya.

Email : magfod@cbn.net.id

Tentang Winning Women Indonesia

Selamat datang di website resmi Winning Women Indonesia. Sebagai informasi, Winning Woman Indonesia merupakan kelompok pengusaha yang terdiri dari 9 Wanita yang merupakan alumni dari Ernst & Young Entrepreneurial Winning Woman Indonesia 2010. Diawali dari berbicang santai melalui blackberry, akhirnya timbul ide untuk berbuat sesuatu untuk negara kita tercinta Indonesia.

Didasari oleh rasa keprihatinan akan kurangnya jumlah pengusaha di Indonesia, akhirnya muncul ide untuk membuat suatu program yang berkontribusi nyata untuk menyebarkan semangat kewirausahaan dan mencetak generasi-generasi muda tangguh berjiwa pemberani dan pantang menyerah dengan menjadi pengusaha.

Secara sekilas, kesembilan wanita pengusaha tersebut adalah sebagai berikut :
1. Selvi Nurlia, Founder Kek Pisang Villa Batam
2. Prita Kemal Gani, Founder London School of Public Relations
3. Santi Mia Sipan, Founder PT Jaty Arthamas
4. Susanna Hartawan, Founder Adam Khoo Indonesia
5. Trialiati Gunamertha, Founder PT Estetika Selaras
6. Theresia Alit Widyasari, Founder PT Bloop Endorse
7. Yanti Isa, Founder Amazy & Marketing Director Tupperware Indonesia
8. Laila Asri, Founder Pourvous International
9. Novita Tandry, Founder Tumble Tots Indonesia

Materi Presentasi Theresia Alit Widyasari dalam acara Sharing Session with Winning Women Indonesia